Pages

Ads 468x60px

Kamis, 18 Juli 2013

TEORI KEPEMIMPINAN UMAR BIN KHATAB



Akhir-akhir ini masyarakat Riau sedang di ramaikan dengan akan datangnya perhelatan akbar yaitu PEMILUKADA Pemilihan Gubernur Riau Tahun 2013 s/d 2018. Banyak Jargon-jargon yang di munculkan oleh masing-masing pihak calon. banyak yang mulai pro rakyat, bersama rakyat, ada yang mempunyai niat yang Lurus dan lain-lain. Kita masyarakat Riau tentu Berharap akan mendapatkan pemimpin Riau nantinya yang bisa mencontoh Tabiat Rasulullah SAW dan Juga Para Sahabat.

Berbicara mengenai sahabat Rasul, banyak yang bisa dijadikan suri tauladan yang baik dalam hal kepemimpinan. ada Abu Bakar Ashiddiq, Umar bin Khatab, Ustman Bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zait Bin Stabit, dan lain-lain. Mereka adalah para sahabat Rasul yang juga menjadi pemimpina baik itu bagi umat, kelluarga maupun pemimpin bagi diri mereka senidiri. pada Pembahasan Pertama ini, kita akan mencoba membahas tentang Kepemimpinan Sahabat Rasul yaitu UMAR BIN KHAT

Sebuah hadis sahih riwayat Imam Bukhari menyebutkan, tujuh jenis manusia akan mendapat naungan keteduhan dari Allah SWT pada saat menempuh alam mahsyar kelak, yang panasnya tak terperikan.  Yang pertama kali mendapat kehormatan tertinggi itu adalah al imamul adilun. Pemimpin yang adil. Baru enam jenis lainnya. Bahkan bagi seorang Nicolo Machiaveli  (abad 13), lebih mudah mempertahankan kekuasaan yang korup dan tiran daripada yang adil dan jujur. Maka dalam bukunya Il Principe yang menjadi "kitab suci" para penguasa otoriter dan tiran, sejak dulu hingga sekarang, Machiavelli terang-terangan menganjurkan agar para penguasa tidak adil dan tidak jujur. Sebaliknya mereka harus keras dan kejam, licik dan culas, jika ingin 
melanggengkan kekuasaan. 


Khalifah Umar bin Khattab menjalankan  pemerintahan dengan adil, jujur, dan  bijaksana. Ia menulis Risalatul Qada atau Dustur Umar, surat petunjuk dan peringatan  bagi pejabat-pejabat bawahannya, agar selalu menerapkan keadilan dan kejujuran  dalam pemerintahan. Umar membagi tipe pemimpin dalam empat jenis. 

Pertama, yang berwibawa. Tegas terhadap penyeleweng, koruptor, dan penjahat negara tanpa pandang bulu. Sekalipun dirinya sendiri atau  keluarganya, tetap akan ditindak menurut hukum yang berlaku. Pemimpin semacam ini dikategorikan mujahid fi sabilillahi. Negara yang dipimpinnya,  rakyat yang diayominya, akan mendapat keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan lahir batin, di bawah naungan ampunan Allah SWT. Baldatun thayyibatun wa Rabbun Gafur. 

Kedua, pemimpin yang tegas terhadap dirinya sendiri saja. Tapi ia tak berani terhadap  bawahannya. Lemah dan tidak berwibawa di  mata rakyat. Ia selalu dalam intaian  bahaya, jika tidak mendapat pertolongan Allah SWT. 

Ketiga, pemimpin egois. Mementingkan diri sendiri. Menempatkan bawahan dalam  posisi ketakutan, sehingga terpecah-belah dalam kotak-kotak "dekat" dan "jauh",  "kering" dan "basah". Menempatkan rakyat sebagai sumber pemerasan politik dan  ekonomi. Pemimpin model begini akan  didikutuk dan dihujat segenap lapisan.  Sehingga pada waktu mengalami kejatuhan, akan diuber seperti penjahat. Nabi 
Muhammad SAW menggambarkannya sebagai syarru ria'il huthamah. Pemimpin  terjahat yang merusak segala tatanan kehidupan. 

Keempat, pemimpin yang berkomplot bersama rezimnya, memerkosa keadilan, merampas hak rakyat. Berbagai undang-undang dan peraturan dikeluarkan, agar  perilaku komplotan rezim tersebut seolah-olah konstitusional dan demokratis. Padahal  di balik itu tersembunyi teror, penghancuran, dan persekongkolan untuk memenuhi  kepentingan pemimpin, rezim, dan golongan pendukungnya.Pemimpin seperti ini memang akan menikmati hasil gilang-gemilang, mengeruk keuntungan,  mengokohkan kekuasaan. Namun hukuman Allah SWT akan menimpa dengan tibatiba (baghtatan). Sehingga kesenangan  yang mereka jalani, lenyap mendadak (Q.S. Al-An'am:44). 

Teori Khalifah Umar di atas bukan sekadar omong kosong. Karena terbukti dalam pelaksanaannya. Sebagai amirul mukminin  (pemimpin orang-orang beriman) Umar sudah menjalankan praktik menegakkan keadilan dan kejujuran secara nyata.  Selama sepuluh tahun menjadi khalifah (634-644), Umar telah mampu menegakkan keadilan dan kejujuran. Ia tak segan-segan menghukum anaknya sendiri yang melanggar aturan, menyingkirkan anak dan istrinya dari hal-hal beraroma KKN, turun  tangan langsung menyantuni fakir miskin dan sebagainya.

Itu sedikit refrensi Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khatab, Semoga bisa di jadikan panutan dalam bersikat dan kerbuat bagi Pemimpin riau yang akan terpilih nantinya, aga tercipta RIAU CEMERLANG, GEMILANG dan TERBILANG. Amiin

 *rief*

1 komentar: